Studi Kasus: Perbedaan Retargeting dan Remarketing dalam Digital Ads
Dalam dunia digital advertising, istilah retargeting dan remarketing sering digunakan secara bergantian. Namun, meskipun keduanya memiliki tujuan yang sama—yakni mengonversi pelanggan yang sudah berinteraksi dengan brand—ada perbedaan signifikan dalam cara kerja dan implementasinya. Artikel ini akan membahas perbedaan keduanya dengan studi kasus nyata serta bagaimana bisnis dapat mengoptimalkan strategi ini untuk meningkatkan konversi dan ROI.
Perbedaan Retargeting dan Remarketing
1. Definisi Retargeting
Retargeting adalah strategi pemasaran digital yang menggunakan cookie untuk menampilkan iklan kepada pengguna yang telah mengunjungi situs web atau berinteraksi dengan brand. Biasanya dilakukan melalui platform iklan seperti Google Ads, Facebook Ads, dan platform lainnya.
Contoh Implementasi:
-
Pengguna mengunjungi situs e-commerce tetapi tidak menyelesaikan pembelian.
-
Iklan produk yang dilihat pengguna kemudian muncul di media sosial atau situs web lain.
2. Definisi Remarketing
Remarketing lebih sering digunakan dalam email marketing atau bentuk komunikasi langsung lainnya. Strategi ini menargetkan kembali pelanggan yang sudah memiliki interaksi dengan brand, seperti mereka yang telah meninggalkan barang di keranjang belanja atau pelanggan yang sudah pernah melakukan transaksi sebelumnya.
Contoh Implementasi:
-
Pengguna meninggalkan barang di keranjang belanja tanpa menyelesaikan pembayaran.
-
Email dikirim dengan penawaran diskon atau pengingat untuk menyelesaikan transaksi.
3. Perbandingan Utama
Aspek | Retargeting | Remarketing |
---|---|---|
Metode | Iklan berbasis cookie | Email atau komunikasi langsung |
Tujuan | Menarik kembali visitor yang belum berkonversi | Membangun hubungan dengan pelanggan lama |
Kanal | Display Ads, Social Media Ads | Email Marketing, SMS |
Contoh | Iklan produk yang dilihat sebelumnya | Email pengingat diskon untuk pelanggan lama |
Studi Kasus: Menggunakan Retargeting dan Remarketing Secara Optimal
Kasus 1: E-Commerce Fashion
Situasi: Sebuah brand fashion online mengalami tingkat pengabaian keranjang belanja yang tinggi.
Solusi:
-
Menggunakan retargeting melalui Facebook Ads untuk menampilkan produk yang ditinggalkan.
-
Menggunakan remarketing melalui email dengan menawarkan diskon khusus jika pelanggan menyelesaikan pembelian dalam 24 jam.
Hasil:
-
Peningkatan konversi sebesar 30% melalui Facebook Ads.
-
Peningkatan penyelesaian transaksi sebesar 25% melalui email remarketing.
Kasus 2: Layanan SaaS (Software as a Service)
Situasi: Sebuah perusahaan SaaS mengalami tingkat churn pelanggan yang tinggi setelah uji coba gratis.
Solusi:
-
Menggunakan retargeting dengan Google Display Ads untuk menampilkan iklan testimoni pengguna.
-
Menggunakan remarketing dengan email yang memberikan diskon berlangganan untuk pengguna uji coba.
Hasil:
-
Retensi pelanggan meningkat sebesar 40%.
-
ROI dari kampanye remarketing mencapai 3x lipat dari biaya iklan.
Strategi Terbaik untuk Retargeting dan Remarketing
-
Gunakan Segmentasi yang Tepat
-
Pisahkan audiens berdasarkan tahap funnel: pengunjung website, pengabaian keranjang, pelanggan lama.
-
-
Personalisasi Iklan dan Email
-
Gunakan data perilaku pelanggan untuk menampilkan produk yang relevan.
-
-
Frekuensi yang Optimal
-
Jangan terlalu sering menampilkan iklan atau mengirim email agar tidak mengganggu pelanggan.
-
-
Gunakan CTA yang Kuat
-
Tambahkan elemen urgensi seperti "Hanya hari ini! Dapatkan diskon 20%"
-
-
Analisis dan Optimasi
-
Gunakan A/B testing untuk melihat strategi mana yang lebih efektif.
-
Retargeting dan remarketing memiliki peran penting dalam digital advertising. Retargeting lebih fokus pada iklan digital, sedangkan remarketing lebih berbasis email marketing. Keduanya dapat digunakan bersama untuk menciptakan strategi pemasaran yang lebih efektif. Dengan memahami perbedaan dan menerapkan strategi yang tepat, bisnis dapat meningkatkan konversi dan membangun hubungan yang lebih kuat dengan pelanggan